Pada waktu itu bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata:
“Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena segala sesuatu itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.
Ya, Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku, dan tidak ada seorang pun yang tahu siapa Anak selain Bapa, dan siapa Bapa selain Anak, dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”
Lalu berpalinglah Ia kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata:
“Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
Injil hari ini menunjukkan sisi paling lembut dari hati Yesus. Ia bersukacita dalam Roh Kudus — bukan karena hal besar atau kemenangan dunia, melainkan karena kasih Bapa yang menyingkapkan misteri-Nya kepada “orang kecil.”
Bagi dunia, orang kecil berarti mereka yang sederhana, tidak berkuasa, tidak menonjol. Namun bagi Allah, justru di hati yang rendah dan terbuka itulah rahmat dapat tinggal.
Yesus memuji iman yang sederhana — iman yang tidak banyak bertanya “mengapa”, tetapi percaya dengan tulus. Iman seperti ini membawa sukacita, sebab hanya hati yang rendah yang mampu mengenal kasih Allah secara mendalam.
Yesus juga meneguhkan para murid: mereka berbahagia karena boleh melihat dan mengalami kehadiran Allah yang dijanjikan para nabi. Hal yang diidamkan berabad-abad kini nyata di hadapan mereka — dalam diri Yesus sendiri.
Masa Adven mengundang kita untuk menjadi kecil di hadapan Allah, agar hati kita tidak tertutup oleh kesombongan atau kepintaran duniawi. Dalam kesederhanaan hati, kita akan menemukan sukacita sejati — sukacita karena Tuhan sendiri berkenan datang kepada kita
