“Tetapi sebelum semuanya itu, mereka akan menangkapi dan menganiaya kamu; mereka akan menyerahkan kamu ke rumah-rumah ibadat dan memenjarakan kamu, serta membawa kamu menghadap raja-raja dan pembesar-pembesar karena nama-Ku.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetapkanlah hatimu, janganlah kamu memikirkan lebih dahulu bagaimana kamu akan membela diri,
karena Aku sendiri akan memberikan kepadamu perkataan dan hikmat yang tidak dapat ditentang atau dibantah oleh lawan-lawanmu.
Kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu, dan sahabat-sahabatmu, dan beberapa di antara kamu akan dibunuh,
dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.
Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Yesus sih cukup realistik dengna menyatakan bahwa ikut Dia tidaklah selalu mudah. Ada saatnya kita harus menghadapi penolakan, ketidakadilan, bahkan kehilangan dari orang terdekat. Namun Yesus juga berkata dengan lembut: “Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.”
Artinya, penderitaan bukan akhir, tetapi tempat di mana iman menjadi nyata. Di saat sulit, kata-kata kita mungkin terbatas, tetapi kesetiaan kita berbicara lebih kuat daripada seribu argumen.
Yesus berjanji, “Aku sendiri akan memberikan kepadamu perkataan dan hikmat.” Maka jangan takut bila hidup terasa menekan — karena di sanalah Tuhan hadir, memberi keteguhan hati dan keberanian untuk tetap jujur, tetap mengasihi, tetap setia.
Iman sejati tidak diukur dari seberapa mudah kita percaya saat segalanya baik, tetapi seberapa teguh kita bertahan saat segalanya goyah.
Hari ini, marilah kita belajar melihat setiap tantangan bukan sebagai beban, tetapi sebagai kesempatan — untuk bersaksi bahwa kasih Tuhan lebih kuat dari segala kesulitan.
