Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya:
“Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias, orang yang dipilih Allah!”
Prajurit-prajurit juga mengolok-olok Dia. Mereka menghampiri-Nya sambil membawa anggur asam dan berkata:
“Jika Engkau Raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!”
Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: “Inilah Raja orang Yahudi.”
Salah satu penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya:
“Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”
Tetapi yang seorang lagi menegur kawannya, katanya:
“Tidakkah engkau takut akan Allah, yang menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita; tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.”
Lalu ia berkata:
“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
Kata Yesus kepadanya:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Di hadapan dunia, Yesus yang tergantung di salib tampak kalah. Tak ada mahkota emas, tak ada takhta mulia — hanya duri, luka, dan penderitaan. Namun justru di sanalah kerajaan Allah dinyatakan. Salib adalah takhta kasih-Nya; pengampunan adalah mahkota-Nya.
Ketika dunia menertawakan-Nya, seorang penjahat melihat sesuatu yang berbeda. Ia melihat Raja yang penuh belas kasih, dan dari bibirnya keluar doa sederhana: “Yesus, ingatlah akan aku.” Doa itu membuka pintu surga baginya.
Hari Raya Kristus Raja mengingatkan kita bahwa kekuasaan sejati bukanlah memerintah, melainkan mengasihi. Kristus memerintah bukan dengan pedang, tetapi dengan kelembutan hati; bukan dengan kekuatan, tetapi dengan pengampunan. Ia adalah Raja yang turun ke titik terdalam penderitaan manusia agar setiap orang tahu: tak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, tak ada hidup yang terlalu jauh untuk diselamatkan.
Hari ini, mari kita biarkan Yesus menjadi Raja di hati kita — bukan di atas takhta kemegahan, melainkan di ruang terdalam hidup kita yang rapuh. Di sanalah Ia berkata juga kepada kita:
“Hari ini juga, engkau akan bersama-Ku di dalam Firdaus.”
