Beberapa orang Farisi memperingatkan Yesus agar segera pergi karena Herodes ingin membunuh-Nya. Tetapi Yesus tidak takut. Ia tetap berjalan menuju Yerusalem, kota yang sering menolak para nabi, bahkan akan menolak Dia sendiri. Meski tahu penderitaan menantinya, Yesus tetap berkata dengan kasih, “Betapa sering Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya.” Betapa lembut dan tulus hati Yesus — Ia tidak membalas penolakan dengan kemarahan, melainkan dengan cinta yang sabar.
Kadang kita pun menghadapi penolakan atau kekecewaan ketika mencoba berbuat baik. Ada yang salah paham, ada yang tidak menghargai. Tapi Yesus menunjukkan bahwa kasih sejati tidak berhenti hanya karena ditolak. Ia terus mengasihi, terus melindungi, terus berharap. Hari ini, mari kita belajar untuk tidak menyerah mencintai — di rumah, di sekolah, di tempat kerja — bahkan ketika hasilnya belum terlihat. Sebab kasih yang bertahan adalah cermin wajah Tuhan sendiri.
