• Skip to main content
  • Skip to primary sidebar
  • Pikiran
  • Renungan
    • Doa Harian
  • Pandangan
  • Sekedar
  • Komik
    • Tintin
    • Asterix
    • Mahabharata – Teguh Santosa
    • Strom
    • Mahesa Jenar
    • Mahabhrata RA Kosasih
    • Trigan
    • Deni Manusia Ikan
    • Lucky Luke

donnydoang

carpe diem...

Pikiran

Caravaggio: Hidup dan Karyanya

10/07/2017 By don

Riwayat Caravaggio

Ngobrol-ngobrol tentang Caravaggio, tentu akan membahas soal lukisan. Rasanya tak akan pernah cukup, mendiskusikan hasil karya-karyanya. Maka akan ada dua tulisan yang berbicara tentang Caravaggio. Tulisan yang pertama ini berkisah tentang riwayat hidup dan aliran lukisannya. Sedangkan tulisan kedua akan berkisah tentang sebuah lukisan yang menarik untuk dibahas: “Perjamuan Emmaus”. Semoga obrolan ini tidak terlalu berat, bisa dicerna untuk menambah wawasan tentang lukisan. Pelukis ini lahir dengan nama Michelangelo Merisi pada tgl 28 September 1573. Dia lahir dan hidup bersama keluarganya di Caravaggio, Lombardia (daerah di dekat Milan kini). Karena itulah, dia mendapatkan nama Caravaggio sebagai julukan yang lebih akrab di lingkungan seniman. Selama 4 tahun dia sempat magang pada seniman Itali, Simone Peterzano di Milan. Pada tahun 1593 Caravaggio bermukin di Roma. Di kota inilah ia bertemu dengan Kardinal Francesco del Monte yang menjadi sponsor dari karya-karyanya. Sampai dengan tahun 1606 Caravaggio semakin produktif menghasilkan karya-karya, terutama memenuhi pesanan ‘pejabat Gereja’.
Kehidupan pribadi Caravaggio sangat dinamis, seperti layaknya gaya lukisannya yang penuh dengan warna kontras. Hidupnya jauh dari kemewahan maupun foya-foya. Pelukis ini terkenal sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kelas dua. Tidak jarang karena hal itu, dia berurusan dengan aparat. Banyak pelukis yang mengikuti hidup Caravaggio yang dekat dengan masyarakat marginal, misalnya seperti Brower, Ostade, Hogarth, Goya, Gericault, Gultuso. Namun tidak pernah ada yang hidup sedekat Caravaggio dengan lingkungannya. Mungkin para pelukis modern tadi melukis dari kenyataan pahit kehidupan yang mereka liat, namun tidak bagi Caravaggio. Dengan pelukis ini, melukis bukan lagi menampilkan suatu realita tapi melukis adalah melihat realita itu sendiri. Gaya hidupnya ternyata senada dengan gaya lukisannya.

Kemenangan Daud

Tercatat dalam hidupnya, banyak pengalaman menjadi tahanan maupun buron. Bahkan tahun 1606 Caravaggio melarikan diri dari Roma menuju Nepal karena terlibat dalam kasusu pembunuhan. Di kota Nepal pula dia malahan berkembang dalam aliran naturalisnya , sekaligus memberi warna cukup kuat bagi pelukis-pelukis Nepal. Tahun 1608 Caravaggio melakukan perjalanan ke Malta, dimana dia diterima sebagai “Ksatria Ordo Malta”. Di pulau ini dia menghasilkan beberapa lukisan potret para ksatria Malta . Namun kembali, pada tahun yang sama dia ditahan karena tindak kriminal, namun berhasil melarikan diri dari penjara Malta. Caravaggio melarikan diri ke Syracusa, Sisilia. Ditempat ini, dia juga mengembangkan tekhnik lukisisan drama . Pada lukisan2 periode ini, dia menghasilkan lukisan monumental sekaligus mematangkan teknihnya dalam penggunaan cahaya. Sekaligus masa ini menjadi masa-masa terakhir dia, karena pada bulan Juli 1620, Carivaggio meninggal di Porto Ercole, Toscana. Kematiannyapun juga tidak lepas dari lingkungan tahanan. Dia meninggal karena demam dalam suatu sel penjara.

Gaya/aliran lukisannya

Hieronimu menterjemahkan Kitab Suci

Bila nama Caravaggio disebut, pasti juga akan disebut aliran Chiaroscuro. Chiaroscuro adalah salah satu teknik yang dipakai oleh Caravagggio dengan sangat khas dan kental. Kata “Chiaroscuro” berasal dari bahasa Itali ‘chiaro’ dan ‘oscuro’ yang berarti terang dan gelap. Chiaroscuro menunjuk pada teknik lukis yang memakai kontrasnya cahaya dipadu dengan bayangan yang benar-benar gelap. Teknik lukis ini memanfaatkan warna terang sebagai cahaya dan warna gelap sebagai bayangan. Kontrasnya terang dan gelap tersebut dipakai untuk memperkuat kesan dramatis. Teknik ini sering dipakai oleh para pelukis seperti Leonardo da Vinci dan Raphael, pada abad XVI. Namun juga pada abad XVII, pelukis zaman barok menggunakannya pula, seperti Caravaggio, Rembrandt atau Georges de La Tour.
Caravaggio menjadi pelukis yang sangat khas dengan Chiaroscuro karena memang lukisannya memberi nuansa baru teknik ini. Teknik Chiroscuro dan juga jenis lukisan realis naturalis adalah teknik yang muncul di Itali pada abad XVI. Namun Carivaggo pada abad selanjutnya memberi jiwa baru dalam aliran tersebut. Bahkan lukisannya oleh para ahli disebut sebagai aliran transformatif antiklasik. Gaya lukisan semacam ini kemudian berkembang dalam zaman barok awal di Roma.
Lukisan “Supper at Emmaus” memakai tekhnik Chiaroscuro, seperti halnya lukisan “Calling of St. Matthew”. Penggunaan terang-gelap Carivaggio ternyata sangat khas karena dengan berani dia memanfaatkan aspek cahaya dan bayangan dalam menuturkan kisah lukisan. Sebagai contoh dalam lukisan “Callling of St. Matthew”, kisah menjadi mempunyai artikulasi yang kuat persis karena Caravaggio menempatkan terang dan gelap pada tempatnya secara ekstrem. Cahaya diaturnya sehingga memberi warna bagi para tokoh, dan gelap diaturnya sehingga dunia yang ada menjadi lebih terang. Kontradiksi penggunaan cahaya dalam lukisan Carivaggio sangat kuat dan oleh karena itulah, aliran Chiaroscuro mendapatkan perkembangan yang cukup signifikan.

Seperti ditulis pada bagian sebelumnya, gaya lukisan Caravaggio senada dengan gaya hidupnya. Kedekatannya dengan masyarakat kelas bawah semakin memperkuat karekter Chiaroscuro. Dengan kegelapan yang pekat, dia lukiskan aroma kehidupan dengan sangat kental. Seakan-akan sesaknya ruangan karena penuh dengan asap lilin merebak keluar dari lukisan, atau aroma masakan di atas meja makan yang penuh dengan makanan. Kegelapan yang dia tampilkan menawarkan kesendirian dunia orang yang tak mampu dengan kehidupannya. Tak jarang, tokoh-tokoh religius yang digambar, didandani dengan kostum pekerja, pakaian orang miskin. Setting ruangan yang dilukis juga tidak jarang selalu terkesan menghimpit dan sempit, karena Chiaroscuroi yang kuat.
Selain Chiaroscuro, Caravaggio juga mempunyai spesialisasi dalam gambar Still Life dan gaya naturalis. Still life adalah gambar mati dari benda-benda tak bergerak. Carivaggio sejak awal kariernya memang menggunakan Still Life sebagai modal sekaligus kebanggaannya. Lukisan-lukisan awalnya adalah pesanan dari gambar-gambar mati tersebut. Objek yang dia gambar adalah barang-barang yang sering hadir dalam hidup keseharian. Barang-barang yang nampak biasa tersebut dipotret dengan gaya naturalis. Gambar mati tersebut diimbangi Caravaggio dengan corak naturalis realis. Sehingga gambar yang mati tersebut nampak hidup. Kontradiksi ini kemudian dikawinkan dengan teknik Chiaroscuro. Penggabungan tersebut menjadi ciri khas pelukis ini sampai saat terahir. Kontrasnya cahaya dan bayangan dipadu dengan indahnya barang-barang ‘biasa’ yang nampak seperti aslinya. Dengan teknik ini pula, dilukisnya perjamuan dua orang murid di Emmaus bersama Yesus yang sudah bangkit. (…bersambung yah…)

 

Filed Under: Pikiran

“Caravaggio: menikmati “saat” Emmaus”

10/07/2017 By don

Sekali lagi bebicara soal Yesus. Peristiwa seputar Yesus, pribadi Yesus, pemberitaan dan juga orang-orang di sekeliling Yesus selalu saja tidak pernah habis untuk digali, diulas, dihias dan dinikmati. Yesus menjadi saaran empuk bagi para seniman, menjadi objek yang paling kaya bagi seorang yang dekat dengan hatinya. Caravaggio adalah salah satu pelukis yang mencoba menikmati sekaligus menyuguhkan Yesus. Dengan caranya sendiri hendak diungkap pribadi dan peristiwa Yesus yang diimaninya.
Alkisah, dua murid Yesus mudik karena kenyataan guru mereka telah mati disalib. Dalam perjalan mereka bertemu dengan Yesus yang telah bangkit, namun mereka tidak mengenalinya. Dalam perjalanan pembicaraan terjadi cukup seru, sampai-sampai Yesus ditahan untuk bermalam bersama dalam pernalan menuju Emmaus tersebut. Dalam peristirahatan, mereka makan bersama. Saat Yesus mengambil roti, mengucap berkat, dan memecah-mecahkannya, barulah kedua murid tersebut sadar bahwa yang di hadapan mereka adalah Yesus yang sudah bangkit. Mata mereka terbuka. Dan pada saat yang sama, hilanglah Yesus dari hadapan mereka.
Kisah tersebut ditangkap dan dipotret oleh Caravaggio dengan lukisannya. Kisah tersebut dituturkan dalam Injil Lukas (Luk 24:13-35) dengan panjang lebar. Nampaknya, selain Injil Lukas, Caravaggio juga melirik Injil Markus (Mrk 16:12). Oleh karena itulah maka wajah Yesus kelihatan muda, tak mempunyai jambang. Cara Yesus menampakkan diri dalam rupa lain, membuat para murid tidak mengenali-Nya.
Peristiwa perjalanan Emmaus cukup panjang, namun saat penampakan Yesus sangat singkat. Saat yang sangat singkat itulah yang hendak ditangkap oleh Caravaggio. Saat dimana kedua murid menyadari kehadiran Yesus sekaligus saat dimana Yesus ‘akan’ hilang dari pandangan. Bersaamaan dengan penyadaran, hilanglah Yesus dari pandangan. Tapi pasti ada saat (yang sangat singkat) dimana para murid menyadari dan melihat Yesus persis sebelum Yesus hilang dari pandangan. Singkatnya saat yang berarti itulah yang hendak ditangkap dan diabadikan oleh Caravaggio

Menikmati “SAAT”

Secara teknis, lukisan ini memakai gaya Chiaroscuro. Cahaya yang dipilih oleh Carvaggio adalah tunggal, yaitu dari kiri atas untu menerangi semua objek dalam lukisan. Kerena hanya satu cahaya yang dipakai, maka cahaya ini ditampilkan dengan sangat kuat. Sekaligus cahaya menjadi aksentuasi bagi tiap warna dalam lukisan. Cahaya datang dengan sangat tajam, miring dari kiri atas. Ketajaman ini membentuk batas ruang atau dinding dalam peristiwa ini. Kesan ruang menjadi kuat pesis karena tiada cahaya menyapa ruangan secara sempurna. Kontradiksi ini muncul karena efek Chiaroscuro yang bermain dengan terang dan gelap. Dengan kondisi yang demikian, Caravaggio dapat secara bebas berekspresi dengan objek. Cahaya diaturnya sedemikian rupa sehingga dia tidak lagi dituntut membahasakan ruang. Maka perhatian mata yang memandang akan dengan cepat tertuju pada wajah tokoh utama, Yesus sendiri. Sinar datang kepada wajah Yesus dan semua benda mendapat sinar sisa dari wajah Yesus. Maka secara otomatis, lukisan ini juga punya pusat pada tokoh utama. Permainan Chiaroscuro yang kuat oleh Caravaggio dapat menjadi suatu yang berharga disini. Teksur dari masing-masing tokoh dan objek juga mendapat keuntungan dari sedikitnya sinar yang ada. Sinar yang sedikit ini memberi suasana dramatis yang kental. Layaknya sebuah drama dengan musik yang sangat menyentuh.
Pilihan sinar datang dari kiri atas tersebut ternyata juga tidak sekedar memberi cahaya. Cahaya ini hendak mendukung Caravaggio yang mengabadikan saat istimewa dimana para murid sadar akan Yesus dan saat persis sebelum Yesus menghilang dari pandangan mereka. Cahaya miring yang tajam tersebut menangkap keterkejutan, saat yang sekonyong-konyong hadir (yang kemudian hilang). Dengan cahaya tajam menembus ruangan dari samping, saat yang sangat singkat tersebut ditangkap. Hal ini bisa dilihat dari pemakaian komposisi warna merah. Yesus memakai jubah merah terang menjadi pusat lukisan. Namun selain itu, pelayan/tuan rumah juga memakai baju merah. Baju merah tuan rumah hanya kelihatan pada lengan kanannya. Warna merah seakan-akan berbaris sejajar dengan sinar yang datang dari arah kiri atas. Peristiwa yang singkat tersebut disuguhkan dalam warna merah yang kuat sejajar dengan sinar yang mencoba menangkap saat tersebut.

Terlihat sedap

Komposisi “Supper at Emmaus” dibangun dengan merangkai keahlian Caravaggio. Teknik Chiaroscuro digabungkan dengan kepiawaiannya menjelajah medan Still Life. Empat tokoh manusia dalam lukisan itu berada di sekitar meja makan, dalam suatu ruangan. Ruangan dan tokoh-tokoh tersebut dilukis dalam kontrasnya cahaya, sedangkan meja dan isinya dilukis dengan sangat hidup. Bayangan gelas yang memantulkan cahaya dan meneruskan membiaskan cahaya ke atas meja memberi kesan dinamis yang kuat pada suatu gambar mati. Roti yang belum juga dimakan, karena baru saja dipecah, daging unggas yang kelihatan gurih karena warnanya tampak seakan-akan baru keluar dari wajan penggorengan, maupun buah dan daun anggur, semuanya secara bisu memberikan nada yang selaras dengan para tokoh dan saat yang terjadi pada waktu itu. Gambar diam yang ditampilkan Caravaggio secara proporsional memberi sumbangan tersendiri dalam pengabadian saat bersejarah tersebut.
Saat yang diabadikan Caravaggio akan menjadi sangat nampak dalam gambar para tokohnya. Komposisi para tokoh adegan ini di gambar pula oleh Rembrandt dengan kisah yang sama. Tokoh yang dilukis ada 4 orang, Yesus, dua orang murid dan seorang pelayan/tuan rumah. Caravaggio menempatkan orang keempat sebagai bentuk penekanan peristiwa atau saat yang hendak dipotret.
Tuan rumah dan dua murid, bersama-sama melihat Yesus dengan gaya dan sikap tubuh yang berbeda-beda. Tuan rumah nampak terkejut bercampur bingung dengan situasi yang ada. Keterkejutan yang bercampur bingung tersebut sangat mungkin karena emosi dan perasaan yang meluap dari dua murid tersbut. Pandangan tuan ruman ada pada Yesus tapi, sikap badan ada pada tengah meja, berari pada saat yang singkat tesebut dia menoleh pada Yesus, persis karena melihat sikap para murid.

Dua orang murid tersebut bila dilihat lebih teliti, ternyata mempunyai sikap tubuh yang agak aneh. Dua murid tersebut digambarkan sebagai dua orang pekerja, hal ini nampak dari kedua pakaian yang dipakai. Mereka pastilah bukanlah orang-orang kaya atau pejabat kelas atas. Dari pengaturan rambut dan pilihan baju, kedua murid ini digambarkan sebagai rakyat jelata .
Sikap tubuh murid yang ada di sebelah kiri menampakkan bahwa ia hendak berdiri. Tanganya dengan kuat memegang kursi, siap-siap untuk menahan tubuhnya yang akan bangkti berdiri. Saat yang dipotret Caravaggio adalah saat murid ini terhentak kesadarannya dan karena keterkejutannya tersebut sikap tubuhnya spontan hendak bangkit. Kepala murid tersebut nampak terjulur, seakan-akan hendak memastikan kembali benarkan yang dihadapannya adalah Yesus sang Guru yang dikenalnya tersebut. Bila gambar kepala tersbut diperbesar dan diteliti dengan lebih detail, maka akan tertangkap sebuah kerutan diatas alis kanan murid ini. Murid tersebut kelihatan sedang terbelalak matanya lebar-lebar. Sikap tubuh ini diperkuat dengan sebuah gambaran matel dibelakang murid ini. Karena hendak beranjak berdiri, mantel digambarkan Caravaggio seakan-akan terjatuh begitu saja keatas kursi sebab empunya mantel hendak bangkti berdiri. Semuanya ini hendak menyuarakan nada yang sama, yaitu keterkejutan dan kekagetan murid atas kesadaran penampakan yang diterimanya.

Demikian pula dengan murid yang ada disebelah kanan yang memakai baju coklat dan putih. Agar senada dengan murid yang pertama, murid yang kedua ini mengenakan sesuatu yang berwarna hijau. Sedangkan Yesus mengenakan warna merah, yang didukung oleh warna merah baju tuan rumah. Kombinasi warna merah dan hijau tersebut menjadi sangat kelihatan dengan permainan cahaya pada meja putih. Warna lengan baju murid di sebelah kanan tidak lagi seputih dengan taplak meja yang bersih, bahkan masih kalah bersih dibanding lap yang disediakan dan diletakkan dipangkuan murid kedua. Kelihatan dengan jelas siapa kedua murid ini, ditilik dari cara berpakaian mereka.
Sikap tubuh murid yang disebelah kanan ini nampak lebih ekpresif, karena nampak dari samping bukan dari belakang. Wajahnyapun juga menjadi objek yang mendapat cahaya cukup terang, walau masih kalah terang dibanding wajah Yesus, karena asal cahaya dari kiri atas. Sikap tubuhnya nampak condong menuju ke arah Yesus, dan dipertegas dengan sikap tangannya. Tubuhnya menghadap meja, namun agak condong ke arah Yesus, tentu hal ini karena keterkejutannya atas saat yang dialaminya. Tangan kanan dan kirinya terentang dan telapaknya terbuka, seakan akan hendak menangkap saat tersebut agar tidak berlalu. Bahkan tangan kanannya dengan jelas hendak meraih Yesus, memegangnya karena murid ini tidak rela saat itu berlalu dengan cepat. Seperti murid yang pertama, mimik wajah murid yang kedua ini juga penuh dengan kerutan kekagetan. Sebuah ekspresi yang ditangkap Caravaggio dengan teknik penyinaran yang tajam.

Tokoh yang terakhir, tokoh utama yaitu Yesus. Dengan hanya melihat sekilaspun, orang langsung menangkapknya sebagai pusat lukisan dan pusat perhatian pelukis. Banyak hal yang secara khas hanya ada pada diri Yesus, dibandingkan dengan tokoh lain dalam lukisan. Wajah Yesus yang sudah bangkit ternyata dilukis Caravaggio dengan lebih muda, tanpa ada kumis dan jambang. Wajah Yesus masih namapak sangat muda dan agak sedikit feminin. Nampaknya Caravaggio mencoba memberi tempat bagi informasi dari Injil Markus, (Mrk 16:12) yang mengisahkan Yesus menampakkan dalam rupa lain sehingga kedua murid tidak mengenali-Nya. Ternyata Caravaggio menafsirkan, Yesus mengambil rupa saat dia masih muda, sehingga murid-murid sulit mengenalinya. Dengan wajah yang demikian, penokohan menjadi sangat menonjol. Dibandingkan ketiga wajah yang lain, wajah Yesus seakan-akan nampak lugu, tidak berdosa, bahkan cenderug berbau ningrat. Seakan-akan ada mutiara bersinar di tanah berlumpur. Situasi ini disampaikan Caravaggio karena dia yakin inilah Yesus yang sudah dibangkitkan dengan mulia.

Yesus yang dikenal Caravaggio dalam lukisan ini adalah Yesus yang sudah mulia. Yesus yang diimaninya adalah Yesus yang tidak lagi sama dengan manusia. Kini telah ada perbedaan jelas antara manusia dan Yesus. Namun, kini Dia terpampang duduk diantara orang-orang sederhana dan makan bersama. Kembali, gaya hidup Caravaggio yang dekat dengan orang kecil mempengaruhinya dalam cara beriman, dalam cara pandangnya akan Yesus, dan akhirnya berpengaruh dalam cara ia melukis.
Yesus nampak sedang bertumpu pada lengan kiri-Nya dan tangan kanan-Nya terangkat. Kelihatan bahwa Ia baru saja melakukan suatu gerakan yang menyertai kata-kata-Nya. Selesai itu, Ia bertumpu pada lengan kiri, badan condong kedepan (ditumpu lengan), dan terekam gerakan seakan-akan hendak bangkit berdiri. Ternyata saat yang istimewa tersebut ditanggkap Caravaggio, saat Yesus hendak meninggalkan tempat itu. Karena bersamaan dengan kesadaran para murid, Yesus hilang dari pandangan. Dan saat itu di lukiskan dengan saat ketiga orang tersebut (Yesus dan kedua murida-Nya) bersama-sama melakukan gerakan. Secara khusus saat istimewa tersebut diterjemahkan dengan perubahan sikap tokoh-tokoh. Persis sebelum sikap itu terbentuk sempurna, murid pertama berdiri, murid kedua memegang Yesus, dan Yesus hendak meninggalkan meja, saat itulah yang diabadikan Caravaggio.

Dengan menikmati lukisan Caravaggio, iman menjadi berbicara dalam setiap saat dan dimana saja. Relasi Caravaggio dengan objek yang dilukis tentunya tidak dapat dipungkiri terjadi sangat intensif. Pengenalannya akan Yesus membawanya pada penjelajahan saat yang singkat namun berarti bagi seorang Kristen. Yesus memang sumur tanpa dasar yang tak kan habis ditimba airnya, terutama bagi seniman seperti Caravaggio.

Lukisan “Supper at Emmaus” ternyata sangat kaya akan nuansa religiu, walaupun kehidupan Caravaggio jauh dari biara. Kehidupannya yang keras, bahkan tidak jarang ia menghuni penjara, ternyata juga berarti dalam beriman dan akhirnya dalam berkarya. Tak dapat dipungkiri, Caravaggio adalah seniman yang orisinil dengan gayanya yang lugas dan keras. Namun karena itulah ia dapat dengan jernih menangkap saat yang istimewa tersebut. Saat tersebut diabadikannya sehingga sampai saat inipun saat istimewa itu masih bisa dinikmati.

 

Filed Under: Pikiran

Sakit dan Syukur

27/06/2017 By don

Sejak seingatku, pengalaman sakit sudah menjadi tidak asing. Dulu saat masih kecil belum sekolah, dengkulku sering lecet karena jatuh saat bermain dengan teman-teman. Kalau terlalu asyik berhujan-hujan, hidungku selalu keluar ingusnya dan saat tidur rasanya buntet/mampet.

Pernah juga saat sekolah, aku bikin heboh rumah. Waktu itu mungkin kelas 3 atau 4 SD. Sepulang dari bermain di rumah temanku, aku jalan terpincang-pincang, jari-jari kakiku terbakar. hihihihi…sakiiit banget waktu itu. Bapak, ibu dan kakak hebok semua. Lho koq bisa, kenapa? Aku gak mau jawab, hanya mengatakan..hiii sakit. terus dengan sigap ibu dan kakakku merawatnya. Bapakku masih bertanya: kenapa sih? Hehehe aku tetap gak mau jawab. sehari kemudian, akhirnya terungkap sudah rahasiaku, kakakku tanya ke temanku bermain. kakiku ternyata sakit karena menginjak streofom yang terbakar dan meleleh. lho koq bisa? Lha karena aku maen bakar-bakaran. Aku malu mengakui kakiku sakit karena polahku sendiri. huh…, dasar anak-anak….mbeling.

Pengalaman sakit yang paling kuingat sampai detik ini adalah saat aku harus sampai kemoterapi. Buset dah! Di kelas 2 SMP, aku divonis sakit kanker kelenjar getah bening. Awalnya hanya ditemukannya beberapa benjolan di belakang telinga dan di leher. Setelah operasi dan diteliti, ternyata kanker cukup ganas. Sampai akhirnya aku harus kemoterapi.

Selama kemoterapi itu (6 bulan), aku dua minggu sekolah (di SMP 4 Solo) dan dua minggu berobat (di Jakarta). Saking seringnya naik kereta api, sampai hapal nama-nama Bp Kondekturnya. Hehehehe. Ada juga perasaan trenyuh yang sampai sekarangpun masih terasa: selama aku berobat, teman-teman kelasku dengan rela (tanpa diminta) membuatkan catatan buat aku. hiks…hiks..hikss…..thanx ya teman-teman. Udah gitu, tulisannya bagus dan rapi lho, karena yang mencatata temen2 cewek. hehehehe….
Oh yah, waktu itu aku juga ngalamin ujian kenaikan kelas. wuih..bisa dibayangkan apa yang terjadi. Aku ujian susulan di ruang kepala sekolah (sendirian), dan hasilnya? aku rangking 2. hehehehee rangking 2 dari bawah. untung seribu untung, masih naik kelas 3.
Selama kemoterapi, banyak rambut kepalaku rontok. Karena gemes, akhirnya aku buat buat kepalaku gundul plontos. Entah mengapa setelah tumbuh jadinya kriting kayak gini. Hehehehe.

Pengalaman kemoterapi itu benar-benar dahsyat. Obat yang masuk melalui jarum infus membuat aku terkapar dan tak berdaya. Rasaya lemessss banget, udah gitu perut rasanya mual, sampai harus muntah berkali-kali. Karena gak ada makanan yang bisa masuk, tubuh itu rasanya lemes banget. Yang dahsyat gak hanya itu, tapi rasa gak terima bahwa harus sakit, itulah yang rasanya mau meledak. Di saat tidur lemas di rumah sakit, teman-teman pada sibuk mengisi hari-hari ceria mereka. Di saat jarum menembus kulitku, teman-teman sebaya sedang asyik-asyiknya menjadi pelajar remaja. bener-bener dahsyat rasa berontak waktu itu. Namun seiring rasa berontak itu, tubuh terasa semakin gak berdaya. Makanya, setelah sehat, itu infus aku potret deh…..biar tahu rasa dia (hahahaha apa hubungannya coba?)

Itu semua sudah lewat lebih dari 10 tahun yang lalu. kini aku sudah gak perlu lagi berobat, dan kontrol dokter. Semua berjalan seperti manusia sehat kembali. Bahkan, perasaan berontak itu kini berubah menjadi ungkapan syukur. Aku hanya bisa bersyukur masih diberi kesempatan mengisi hari-hari hidupku lagi. Aku bersyukur masih ada waktu untuk mewujudkan syukur itu dalam hidupku.

Rasanya seperti ini: saat setiap hari makan nasi,rasa nasigak akan spesial. Tapi coba makan nasinya sminggu sekali. Huaaaa….pasti enaaak banget rasanya. Demikian juga hidupku rasanya biasa-biasa aja, sampai ada saat rasanya mo diambil dariku. Baru kemudian hidup rasanya spesiaaaaaaaaaal banget. hehehhehe….begitu tololnya aku yah? Untuk bersyukur saja harus sakit dulu. hehehe

Sahabat, dengan tulisan ini, aku mengajak sahabat untuk semakin menghargai hidup ini. Mari kita isi dengan sesuatu yang spesial. karena memang hidup kita ini sungguh spesial. jangan sampai ketika mau diambil dari dunia ini, baru kita sadar begitu spesial hidup kita di mata sang Pencipta.

hehehehe

Filed Under: Pikiran

Primary Sidebar

Pencarian

Kategori

Arsip

Doa Harian

Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Pagi

HARI BIASA PEKAN III PASKAH PEMBUKAAN P : Ya, Tuhan, sudilah membuka hatiku. U : Supaya mulutku mewartakan pujianMu. MAZMUR 94 (95) Ant. Tuhan sungguh bangkit, Alleluia. Marilah kita bernyanyi bagi … [Read More...] about Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Pagi

Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Sore

HARI BIASA PEKAN III PASKAH PEMBUKAAN P : Ya Allah, bersegeralah menolong aku. U : Tuhan, perhatikanlah hambaMu. P : Kemuliaan kepada Bapa* dan Putera dan Roh kudus. U : Seperti pada permulaan, … [Read More...] about Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Sore

Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Malam

HARI BIASA PEKAN III PASKAH PEMBUKAAN P : Ya Allah, bersegeralah menolong aku. U : Tuhan, perhatikanlah hambaMu. P : Kemuliaan kepada Bapa* dan Putra dan Roh kudus. U : Seperti pada permulaan, … [Read More...] about Jumat, 23 April 2021 – Ibadat Malam

Kamis, 22 April 2021 – Ibadat Pagi

HARI BIASA PEKAN III PASKAH PEMBUKAAN P : Ya, Tuhan, sudilah membuka hatiku. U : Supaya mulutku mewartakan pujianMu. MAZMUR 94 (95) Ant. Tuhan sungguh bangkit, Alleluia. Marilah kita bernyanyi bagi … [Read More...] about Kamis, 22 April 2021 – Ibadat Pagi

Kamis, 22 April 2021 – Ibadat Sore

HARI BIASA PEKAN III PASKAH PEMBUKAAN P : Ya Allah, bersegeralah menolong aku. U : Tuhan, perhatikanlah hambaMu. P : Kemuliaan kepada Bapa* dan Putera dan Roh kudus. U : Seperti pada permulaan, … [Read More...] about Kamis, 22 April 2021 – Ibadat Sore

Sekedar Tulisan

Ngantuk…

Mengantuk. Pernah? Sering? Yang pasti rutin. Karena kita manusia termasuk rombongan mamalia. Binatang menyusui, burung, bahkan ikan, pasti pernah ngalamj ngantuk. Kalau gak percaya, coba tanya … [Read More...] about Ngantuk…

Batuk*

Kalau dilafalkan secara jawa, bat(h)uk, maka artinya adalah dahi. Tapi kalau dalam bahasa Indonesia, batuk seringkali disebut sebagai salah satu penyakit. "Wah udah seminggu batuk gak sembuh-sembuh, … [Read More...] about Batuk*

Ajian Ngawur Jaya

Pada suatu hari. Walah, lagi-lagi "pada suatu hari…." ku duduk di bangku kelas 3, SD Negeri Cemara Dua Surakarta. Kata orang, sih…itu SD sekarang cukup paporit. Tapi jamanku sudah cukup terkenal … [Read More...] about Ajian Ngawur Jaya

Copyleft © 2021 · donnydoang